63 tahun Indonesia Merdeka, sudah begitu lama bebas dari Belanda, tapi kok malah tambah banyak maalah ? Ada apa sebenarnya ?
Jakarta semakin padat, semakin rapat, serasa dunia dimampatkan, bikin sesak napas (habis udaranya kotor sih !). Sejauh mata memandang hanya ada beton-beton kaku dari gedung-gedung pencakar langit. Udara penuh polutan mematikan pun menyelimuti kota ini. Langit biru tak lagi menjadi pemandangan yang memanjakan mata kecilmu.
Jakarta tambah parah, ya nggak ? Mau gimana lagi, habis tiap hari yang ada macet melulu ! Belum lagi banjir, pembangunan monorail yang terbengkalai, pelanggaran lalu lintas (sudah biasa ), parkir sembarangan (sudah biasa ), jalan rusak (luar biasa !), sekolah ambruk, tata kota semrawut, harga barang mahal (semoga besok turun), dll. (Masih ada banyak banget yang belum ditulis di sini).
Kalau Jakarta dibilang strategis, kayaknya gak terlalu deh ! Kekuasaan Belanda dulu ’kan cuma dikit, mereka juga punya kantor di tiap provinsi jajahan. Dulu Belanda, Portugis, dan bangsa-bangsa penjajah lain merebut Batavia karena letaknya strategis dan sangat cocok untuk merebut Malaka. Letaknya juga di tengah-tengah Hindia-Belanda.
Sekarang ? Wah ! Sudah bukan ditengah-tengah, tapi di pinggir, apalagi setelah Papua masuk ke pangkuan NKRI. Selain itu, daerah Indonesia Tengah dan Timur sudah ketinggalan pembangunannya (hanya Bali yang kemajuannya sangat pesat karena Pariwisata).
Sejak reformasi 1998, keadaan Indonesia Tengah dan Timur tidak banyak berubah. Tepat 21 Mei 2008, kita meniup kue "10 tahun reformasi".
Aku punya usul, bagaimana kalau Indonesia dibagi menjadi 3 wilayah besar : Indonesia Barat (Jawa, Sumatera, Bali), Indonesia Tengah (Kalimantan, Sukawesi, Nusa Tenggara), dan Indonesia Timur (Maluku, Papua). Lalu, dibuat ibukota-ibukota di tiap-tiap wilayah besar itu, seperti Jakarta (Indonesia Barat), Makassar (Indonesia Tengah), dan Jayapura (Indonesia Timur).
Dengan dibagi menjadi 3 wilayah besar beserta ibukota itu, niscaya beban Jakarta tidak akan terlalu berat. Transmigrasi bisa merata, pun rakyat Indonesia Tengah dan Timur tidak telat pembangunannya. Namun, pusat politik dan pemerintahan tetap di Jakarta. Jakarta tetap bertindak sebagai ibukota pusat.
Potensi daerah harus dikelola sebaik mungkin. Saya memilih Makassar dan Jayapura karena daerah ini punya potensi bagus untuk menjadi ibukota. Siapa tahu, dengan sistem 3 ibukota, penduduk Indonesia di Jawa akan pindah ke Indonesia Tengah dan Timur, sehingga Jawa tidak akan terlalu padat.
Memugar daerah menjadi ibukota memang butuh waktu lama dan biaya tidak sedikit. Tapi bukan tidak mungkin ’kan ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar